Minggu, 04 Februari 2018

Aku, nenek,dan Layangan

Bisa kembali ke tanah kelahiran saat sudah menjadi ‘orang’, tentu adalah kebanggaan tersendiri bagi setiap orang, Tapi sayangnya itu tidak berlaku buatku. Ada perasaan yang campur aduk ketika aku kembali harus menginjakkan kaki di desa tempatku menghabiskan masa kecil ini.

 Perasaan haru dan senang saling berkelebatan dengan perasaan takut dan rasa bersalah yang amat besar. Kenangan kenangan masa kecil ku pun kembali hadir dalam ingatan bersamaan dengan hembusan angin semilir yang menerpa wajah ku. Aku takut... Amat takut kembali kesini... Tapi biar bagaimana pun aku harus kembali kesini,ke Desa yang penuh dengan kenangan ini.

Ku letakkan karangan bunga itu disana, di makam nenekku yang terletak persis disebelah makam kakek. Hanya kata maaf yang bisa aku ucapkan didepan sepasang batu nisan dihadapanku tersebut. Maaf yang entah bisa tersampaikan kepada mereka berdua atau tidak.

 Ah... Andai saja dulu aku tidak senakal itu, mungkin sekarang nenek bisa menyaksikan kesuksesanku.

Masih jelas dalam ingatanku hari dimana kasih sayang nenek harus berhenti aku rasakan hanya karena kenakalan ku. Kenakalan yang berakibat fatal.

***

Hari itu, sepulang sekolah aku asyik bermain layangan bersama teman teman di lapangan yang terletak tak jauh dari sungai. Nenekku yang saat itu sedang menggembala kambing kambingnya didekat situ pun tetap mengawasi ku. Sesekali pandangan mata lelahnya diarahkan padaku sekedar untuk memastikan cucu nya ini dalam keadaan baik baik saja.

Tiba tiba kejadian itu pun terjadi... Aku yang terlalu asyik bermain layangan tak menyadari kalau langkah kaki ku semakin dekat kearah sungai. Nenek yang sedari tadi mengawasi ku pun langsung dengan sigap berlari kearahku dan menarikku agar tidak terjatuh ke sungai. Sayangnya tubuh renta nenek tak sanggup menjaga keseimbangan hingga ia pun terjatuh ke sungai.

Aku panik... tapi tak ada yang bisa kulakukan selain berteriak minta tolong. Warga pun langsung berdatangan membantu nenek, sayangnya Allah berkehendak lain. Nenek menjemput ajal dalam perjalanan ke puskesmas desa.

Aku hanya bisa berdiri penuh penyesalan didepan jenazah nenek yang terbujur kaku. Penyesalan seumur hidup yang tidak akan pernah hilang.








" Disclaimer : Tulisan ini hanya fiksi belaka. Ditulis dalam rangka tantangan Kedua ODOP Batch 5"





  




Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML